Kamis, 11 Oktober 2018

Kuliner Pecel Di Jalan Raya Jemursari Surabaya

Pagi itu saya terburu-buru. Mandi, bikin kopi, dan menyiapkan bekal Ayman berupa susu kotak, pakaian, popok, dan minyak telonnya. Ya, hari ini saya akan ikut suami saya berangkat kerja tapi bukan ikut kekantornya. Saya ada acara blogger dan sekalian ikut suami karena satu jalur dan jam acara gatheringnya juga pagi.

Jam 6 lebih sedikit kami pun keluar dari rumah dan posisi belum sarapan. Ayman yang masih mengantuk pun harus segera saya bopong ke atas sepeda motor dan menyuruhnya untuk memeluk Ayahnya. Saya segera menutup pagar dan menguncinya karena bakalan ditinggal seharian.


Perjalanan memakan waktu 1,5 jam karena kami melewati jalur macet di kawasan Surabaya Barat. Perutpun lapar dan akhirnya di daerah Jemursari saya mengajak suami berhenti di Alfamart karena ternyata susu kotak Ayman lupa saya bawa. Setelah beli 2 kotak susu UHT kami melihat ada kuliner pecel didepan Alfamart. Akhirnya kami memilih sarapan di warung pecel depan Alfamart daerah Jemursari.


Memesan 2 piring nasi pecel so pasti untuk saya dan Ayah Ayman. Sedangkan Ayman biarlah Ayahnya yang menyuapi. Saya menikmati nasi pecel saya dengan lauk rempeyek udang dan kerupuk bawang. Seperti biasa segelas kopi tetap setia menemani saya. Kopinya bukan kopi hitam, tapi kopi Good Day. Jadi nggak terlalu berat dikepala.

Jujur sebenarnya saya rada takut kuliner beginian karena harganya so pasti akan mengira-ngira, antara mahal, standart dan murah dengan rasa yang semua orang rasanya belum tentu sama.


Kalau saya sendiri sih menilainya 8 dari rentang nilai 1-10. Dan yang bikin saya kaget adalah saat membayarnya. Total semua 43 ribu. Padahal hanya memesan 2 piring nasi pecel dengan lauk rempeyek udang, segelas kopi Good Day dan teh hangat. Berati kalau dikira-kira nasi pecelnya 15 ribuan lebih. Termasuk mahal sih kalau menurut saya. Maaf saya tidak menyebut lokasi detail dan nama warungnya demi menjaga warung ini tetap rame pengunjung. Ini hanya penilaian saya pribadi.

Surabaya, 11 Oktober 2018

Salam,
Dwi Puspita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar